Valentine datang lagi! Walaupun disambut berbunga-bunga dan dengan bunga oleh mereka yang udah berdua, bertiga, atau berempat, burung-burung maya di Twitter mengicaukan kegelisahan para jomblo, baik mereka yang jomblo true to the heart (menghayati kejombloannya dengan hati lapang), mendadak jomblo (baru aja diputusin -___-), atau calon jomblo (doi udah ngasi tanda-tanda bakal mutusin).
Karena gue sungguh memahami perasaan para jomblo galau itu, jadilah gue putuskan buat nulis note ini. Selain karena gue berharap tulisan ini bikin seseorang ngomong ke gue kata-kata Pram “Tahukah kau mengapa kau ku sayangi lebih dari siapapun? Karena kau menulis”, harapannya note ini mendamaikan hati yang galau, meramaikan hati-hati kesepian, atau mengisi waktu luang manusia-manusia pengangguran.
Alkisah, sebelum ada negara bernama Indonesia, tersebutlah empat jomblo: Soekarno, Sjahrir, Hatta, dan Tan Malaka. Meskipun sama-sama jomblo ketika lahir, keempat orang ini akan menjalani kehidupan cinta yang berbeda 4 x 45 derajat.
Soekarno
gue belum selesai baca tidak ingin melukai perasaan jomblo-jomblo yang cari satu aja susah banget…. (solemn tone playing…)
Sjahrir
Akhirnya, beberapa waktu kemudian Sjahrir sukses menikah dengan Maria secara jarak jauh. Hubungannya terpaksa LDR (sounds familiar…). Mereka gak ketemu selama beberapa tahun sampai Sjahrir berkunjung ke India. Nehru, perdana menteri India waktu itu, merencanakan kejutan buat Sjahrir. Ia mengundang Maria ke India.
Nehru dan Maria menunggu Sjahrir turun dari pesawat. Waktu turun dari pesawat, ternyata Sjahrir sudah ditemani perempuan lain, Poppy, yang juga sekretaris pribadinya. Jadilah pertemuan Maria dan Sjahrir sebuah awkward moment. Pada akhirnya Sjahrir cerai dengan Maria dan menikahi Poppy.
Poppy sayang banget sama Bung Kecil. Setelah Sjahrir meninggal, Poppy masih terus menyimpan satu gips cetakan wajah Sjahrir. Dia menyimpannya dalam sebuah kotak, dan selalu memandangi wajah itu kalau lagi kangen sama Sjahrir.
Hatta
Setelah Indonesia merdeka, barulah Hatta menikahi Rahmi Rahim tanggal 18 November 1945. Bung Karno bantu melamarkan Rahmi untuk Hatta. Dia datang ke rumah Rahmi jam 11 malam, dan langsung didamprat sama ibunya —ya iyalah, Bung. Setelah dibujuk sama Soekarno, akhirnya Rahmi dan orang tuanya menerima lamaran Hatta. Sebagai mas kawin, Hatta memberi Rahmi buku karangannya “Alam Pikiran Yunani”. Isinya tentang Plato, Socrates, dan lain-lain. (Lagi bayangin pas akad ngomong: saya terima nikahnya dengan mas kawin buku Alam Pikiran Yunani….).
Hatta sayang banget sama Rahmi. Kata Meutia Hatta (anaknya), setiap bepergian dengan mobil, Hatta selalu memperhatikan posisi matahari. Dia kemudian akan bilang ke Rahmi, “Yuke (panggilan kecil Rahmi), duduk di sini saja”, semata agar istrinya gak kena panas.
Tan
Soal cinta, Tan jomblo sejati. Sampai dengan meninggalnya, ia tidak menikah. Ia pernah jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Syarifah tapi ditolak. Kata Syarifah, “Tan Malaka? Hmm, dia seorang pemuda yang aneh.”
Tan juga pernah jatuh cinta dengan Paramita. Lagi-lagi ditolak. “Tan Malaka… kelewat besar buat saya.”
Alkisah, Adam Malik, kemudian menjadi menteri luar negeri, pernah bertanya pada Tan, “Bung, apa Bung pernah jatuh cinta?”
Tan menjawab, “Pernah. Tiga kali malahan… Tapi, yah, semua itu katakanlah hanya cinta yang tak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan.”
Jadi demikianlah kisah Valentine bapak-bapak kita era 1900an. Ada Soekarno yang tak pernah merasaukan kegalauan jomblo. Ada Sjahrir si anak gaul yang bercoba bertahan LDR tapi akhirnya gagal. Ada Hatta yang nikah telat demi memenuhi sumpahnya, tapi kemudian lived happily ever after. Ada juga Tan si idealis yang patah hati karena dianggap terlalu besar dan advanced. Mungkin di Valentine ini beberapa dari kita sedang menjalani cerita yang sama dengan salah satu bapak itu. Good luck then 🙂
Sumber: Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa (Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka)