Soekarno, Sjahrir, Hatta, Tan, dan Valentine
Valentine datang lagi! Walaupun disambut berbunga-bunga dan dengan bunga oleh mereka yang udah berdua, bertiga, atau berempat, burung-burung maya di Twitter mengicaukan kegelisahan para jomblo, baik mereka yang jomblo true to the heart (menghayati kejombloannya dengan hati lapang), mendadak jomblo (baru aja diputusin -___-), atau calon jomblo (doi udah ngasi tanda-tanda bakal mutusin).
Karena gue sungguh memahami perasaan para jomblo galau itu, jadilah gue putuskan buat nulis note ini. Selain karena gue berharap tulisan ini bikin seseorang ngomong ke gue kata-kata Pram “Tahukah kau mengapa kau ku sayangi lebih dari siapapun? Karena kau menulis”, harapannya note ini mendamaikan hati yang galau, meramaikan hati-hati kesepian, atau mengisi waktu luang manusia-manusia pengangguran.
Alkisah, sebelum ada negara bernama Indonesia, tersebutlah empat jomblo: Soekarno, Sjahrir, Hatta, dan Tan Malaka. Meskipun sama-sama jomblo ketika lahir, keempat orang ini akan menjalani kehidupan cinta yang berbeda 4 x 45 derajat.
Soekarno
Soekarno lahir di awal millenium, 6 Juni 1901. Umur 19 tahun, Soekarno mengakhiri kejombloan dengan menikahi Siti Oetari. Tiga tahun kemudian, 1923, mereka cerai dan Soekarno menikahi Inggit. Dua puluh tahun kemudian, Soekarno cerai lagi dan menikah dengan Fatmawati. Selanjutnya, Soekarno menikah lagi dengan Hartini, Naoko Nemoto, Kartini Manoppo, Yurike Sanger, Heldy Djafar, dan Amelia de lo Rama. Detail kisah percintaan pemimpin besar revolusi ini sengaja tidak diceritakan karena gue belum selesai baca tidak ingin melukai perasaan jomblo-jomblo yang cari satu aja susah banget…. (solemn tone playing…)
Sjahrir
Cerita cinta Sjahrir lebih ramah-jomblo daripada Soekarno. Bung Kecil (tingginya kurang dari 150cm) lahir 5 Maret 1909. Waktu sekolah di Belanda, dia lebih suka keluyuran daripada masuk kelas —makanya sekolahnya gak selesai. Tipe anak gaul, Bung Kecil jago dansa Waltz, Foxtrot, sama Charleston. Istri pertamanya Maria Duchetau, cewek Belanda. Mereka married di Medan di depan pemuka-pemuka agama. Belanda gak suka ada perempuan Belanda jadi istri inlander. Dicarilah alasan untuk memisahkan Bung Kecil dan Maria. Ternyata, waktu menikah dengan Sjahrir, Maria belum resmi cerai dari Salomon Tas, suami sebelumnya. Maria terpaksa pulang ke Belanda. Pemuka-pemuka agama juga bete sama Bung Kecil karena ngrasa dibohongin diminta nikahin orang yang sudah nikah.
Akhirnya, beberapa waktu kemudian Sjahrir sukses menikah dengan Maria secara jarak jauh. Hubungannya terpaksa LDR (sounds familiar…). Mereka gak ketemu selama beberapa tahun sampai Sjahrir berkunjung ke India. Nehru, perdana menteri India waktu itu, merencanakan kejutan buat Sjahrir. Ia mengundang Maria ke India.
Nehru dan Maria menunggu Sjahrir turun dari pesawat. Waktu turun dari pesawat, ternyata Sjahrir sudah ditemani perempuan lain, Poppy, yang juga sekretaris pribadinya. Jadilah pertemuan Maria dan Sjahrir sebuah awkward moment. Pada akhirnya Sjahrir cerai dengan Maria dan menikahi Poppy.
Poppy sayang banget sama Bung Kecil. Setelah Sjahrir meninggal, Poppy masih terus menyimpan satu gips cetakan wajah Sjahrir. Dia menyimpannya dalam sebuah kotak, dan selalu memandangi wajah itu kalau lagi kangen sama Sjahrir.
Hatta
Om Berkacamata lahir 12 Agustus 1902. Alim, cerdas, pintar mengaji, Hatta berjanji gak akan menikah sebelum Indonesia merdeka *kibar bendera*. Beda banget sama orang-orang alim sekarang yang justru pingin buru-buru menikah alasannya biar gak zinah. Pernah waktu di Belanda, teman-temannya minta tolong ke seorang cewek Polandia yang “bikin klepek-klepek lelaki manapun” untuk menggoda Hatta. Mereka makan di sebuah restauran. Begitu selesai, cewek itu lapor ke teman-teman Hatta: dia gak bisa digoda.
Setelah Indonesia merdeka, barulah Hatta menikahi Rahmi Rahim tanggal 18 November 1945. Bung Karno bantu melamarkan Rahmi untuk Hatta. Dia datang ke rumah Rahmi jam 11 malam, dan langsung didamprat sama ibunya —ya iyalah, Bung. Setelah dibujuk sama Soekarno, akhirnya Rahmi dan orang tuanya menerima lamaran Hatta. Sebagai mas kawin, Hatta memberi Rahmi buku karangannya “Alam Pikiran Yunani”. Isinya tentang Plato, Socrates, dan lain-lain. (Lagi bayangin pas akad ngomong: saya terima nikahnya dengan mas kawin buku Alam Pikiran Yunani….).
Hatta sayang banget sama Rahmi. Kata Meutia Hatta (anaknya), setiap bepergian dengan mobil, Hatta selalu memperhatikan posisi matahari. Dia kemudian akan bilang ke Rahmi, “Yuke (panggilan kecil Rahmi), duduk di sini saja”, semata agar istrinya gak kena panas.
Tan
Kisah cinta Tan Malaka mirip kisah cinta di film-film. Lahir di suatu tahun di sekitar awal milenium (gak ada yang tahu pasti Tan lahir kapan), Tan bicara banyak bahasa: Belanda, Rusia, Jerman, Inggris, Mandarin, Tagalog. Ia orang pertama yang memakai kata “Republik Indonesia”. Selama perjuangannya, ia melakukan perjalanan lebih dari 80.000 kilometer, mengunjungi paling tidak 11 negara, dan memakai lebih dari 15 nama samaran. Waktu Tan akhirnya pulang ke Indonesia, Soekarno, Hatta, dan tokoh-tokoh lain berbondong-bondong mencari dia untuk berdialog. Banyak yang bilang kalau di antara tokoh kemerdekaan, Tan adalah yang paling keras dan idealis. Barangkali juga yang terbesar.
Soal cinta, Tan jomblo sejati. Sampai dengan meninggalnya, ia tidak menikah. Ia pernah jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Syarifah tapi ditolak. Kata Syarifah, “Tan Malaka? Hmm, dia seorang pemuda yang aneh.”
Tan juga pernah jatuh cinta dengan Paramita. Lagi-lagi ditolak. “Tan Malaka… kelewat besar buat saya.”
Alkisah, Adam Malik, kemudian menjadi menteri luar negeri, pernah bertanya pada Tan, “Bung, apa Bung pernah jatuh cinta?”
Tan menjawab, “Pernah. Tiga kali malahan… Tapi, yah, semua itu katakanlah hanya cinta yang tak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan.”
Jadi demikianlah kisah Valentine bapak-bapak kita era 1900an. Ada Soekarno yang tak pernah merasaukan kegalauan jomblo. Ada Sjahrir si anak gaul yang bercoba bertahan LDR tapi akhirnya gagal. Ada Hatta yang nikah telat demi memenuhi sumpahnya, tapi kemudian lived happily ever after. Ada juga Tan si idealis yang patah hati karena dianggap terlalu besar dan advanced. Mungkin di Valentine ini beberapa dari kita sedang menjalani cerita yang sama dengan salah satu bapak itu. Good luck then 🙂
Sumber: Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa (Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka)
Awesome 🙂
Duh. Menohok sangat. 😐
Btw, dari keempat tokoh itu sepertinya keadaan saya sekarang mirip dengan Tan Malaka. Kalau saya ditanya apa saya pernah jatuh cinta, saya jawab tentu saja pernah. Anggap saja cinta itu kasih tak sampai, karena waktu saya terlalu banyak habis untuk… Ehm… Untuk apa ya? Oiya, waktu saya terlalu banyak habis untuk lari-lari di tempat alias gak move on. 😐
@Tri: thank you 🙂
@Kimi: I know the feeling. I was (am?) there as well
Ijin Koreksi Bang.
Setahu gw istri Soekarno: Oetari, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Ratna (Naoko Nemoto), Haryati, Yurike Sanger, Kartini Manoppo, Heldy Djafar.
siap Bung. Amelia de la Rama tuh bener istrinya Soekarno kok. Apa nama Indo-nya jadi Haryati? Di daftar gw gak ada Haryati, di daftar lu gak ada Amelia
tulisan setahun yang lalu, w baca barusan, ngakak bacanya, Cerdas, mantap dan inspitatif. Bravo mas bro. . .
bagus banget postnya, kalo laki2 yang menjabat2 kayak gitu sering keluar negeri kasian istrinya gak sih?