This is ‘Muricaaa!
Pernah nonton cowok-cowok nyaris telanjang di 300 yang teriak-teriak “This is Spartaaa!”? Nah, Amerika juga suka teriak “This is ‘Muricaaa!” setiap ngomongin kepemilikan senjata api (gun rights). Meskipun dinobatkan sebagai negara dengan tingkat kematian oleh senjata api tertinggi, Paman Sam sepertinya gak pernah belajar dan tetap hardcore dalam pendirian guns for all-nya. Kenapa? Karena… This is ‘Muricaaa!
Masa Lalu
Jadi ceritanya tanggal 4 Juli 1776, Amerika mendeklarasikan kemerdekaan. Mirip-mirip sama Indonesia yang deklarasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Mirip sama Indonesia juga, habis deklarasi kemerdekaan, Amerika mesti perang revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan itu. Bedanya sama Indonesia, Indonesia dibentuk sebagai negara kesatuan, sementara Amerika sebagai negara federal. Dan dari sini lah kekarutan tentang hak memiliki senjata berasal.
Karena sistemnya federal, Amerika nggak punya provinsi, yang berarti bahwa pemerintah pusat nggak bisa nyuruh-nyuruh daerah untuk melakukan ini atau melakukan itu. Setelah perang revolusi selesai dan Inggris dikalahkan, ketidakmampuan pemerintah pusat untuk menyuruh-nyuruh ini membawa masalah. Banyak negara bagian (states) yang menolak menandatangani draft konstitusi negara. Kalau dibawa analoginya ke Indonesia, itu ibarat UUD 1945 harus disetujui oleh setiap provinsi dan bukan hanya oleh PPKI tapi banyak provinsi yang menolak menyetujui. Ribet dan bisa bikin bubar negara.
Persoalannya ketika itu di Amerika adalah debat antara hak-hak pemerintah federal (pusat) dan hak-hak negara bagian. Kubu Federalists inginnya pemerintah federal yang kuat, apalagi waktu itu Amerika masih negara baru. Tanpa pemerintah pusat dan militer yang kuat, mereka khawatir akan banyak rongrongan asing. Kubu lawannya, anti-Federalists, menginginkan yang sebaliknya. Mereka ingin hak-hak negara bagian dikuatkan. Argumennya? Well, Amerika dibangun oleh orang-orang yang melarikan diri dari Eropa karena keyakinan agama atau politiknya. Anti-Federalists khawatir kalau pemerintah pusat terlalu kuat, mereka akan menjelma jadi diktator dan menindas negara-negara bagian. Buat apa lari jauh-jauh dari Eropa cuma buat ditindas di tempat yang baru?
Debat ini bikin deadlock berbulan-bulan. Untuk menyelesaikan deadlock dan menenangkan anti-federalists yang khawatir kebebasannya terancam, konstitusi Amerika akhirnya menyertakan 10 amendemen yang secara bersamaan dinamakan “Bill of Rights”. Amendemen kedua dari 10 amendemen ini berbunyi: “A well regulated Militia, being necessary to the security of a free State, the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed.” Amendemen ini lah yang menjadi dasar kepemilikian senjata di Amerika. Sebagian orang Amerika menganggap memiliki senjata itu perlu, bukan hanya untuk melindungi diri dari penjahat tapi juga melindungi diri kalau suatu saat pemerintah berlaku lalim.
Masa Kini
Konstitusi Amerika yang secara eksplisit menyebut hak memiliki senjata jelas memperumit upaya meregulasi senjata api. Paling tidak, Amendemen Kedua ini membuat pemerintah tidak mungkin melarang senjata secara total. Opsi yang paling mungkin dengan demikian adalah regulasi, dan bukan pelarangan. Tapi bahkan regulasi pun punya hambatan.
Pertama, politik. Senjata api semakin menjadi isu politik di Amerika. National Rifles Association (NRA) yang merupakan perkumpulan pemilik dan pembuat senjata api, menggelontorkan jutaan dollar untuk lobi politik setiap pemilu. Politisi dari partai Republik yang konservatif dan cenderung curiga dengan pemerintah pusat yang kuat (big government) juga sering menjadikan hak memiliki senjata api sebagai bagian kampanyenya. Polarisasi dan perbedaan ideologi partai Demokrat dan Republik yang semakin melebar juga mempersulit dibangunnya kompromi antara kedua partai.
Kedua, kultur. Amerika itu luas, dan isinya daratan. Begitu keluar dari kota besar, yang ada rata-rata ladang jagung atau gandum. Kalau roadtrip, bisa kelihatan kalau di daerah pertanian ini rumah satu dengan yang lain jaraknya jauh-jauh. Karena merasa terasing dan hidup sendiri ini lah, biasanya para petani atau orang-orang di daerah rural punya gun culture yang kuat. Mereka merasa perlu memiliki senjata karena mereka nggak bisa mengandalkan polisi (yang jauh dan butuh waktu untuk tiba) atau petugas keamanan lain. Di Amerika, daerah rural dan agricultural demikian biasanya ada di Southern yang merupakan basis partai Republik.
Southern U.S. juga punya culture sendiri yang beda sama culture metropolis kota-kota di Northern U.S. Mereka cenderung konservatif dan nasionalis, sampai kadang berlebihan. Darah the wild west masih mengalir kuat di mereka, relatif kalau dibandingkan sama penduduk di Utara. Moto mereka, “American by birth. Southern by the grace of God.” Jadi ada faktor emosi dan identitas juga.
End Note
Meskipun banyak hambatan, nggak berarti kekerasan senjata api di Amerika jadi wajar. Banyak cara yang masih bisa dan harus dilakukan untuk meregulasi senjata. Tulisan berikutnya akan membahas cara-cara yang bisa dan sudah dilakukan oleh pemerintah Amerika dalam isu gun right ini. Untuk sekarang, cukup kalau kita tahu bahwa politisasi gun right dan gun culture masih jadi hambatan dalam gun regulation. These crazy Americans….